Hallo saya Titis, saya akan
menceritakan sedikit pengalaman saya selama WFH atau sering dikenal dengan Work
From Home. WFH dimulai dari bulan Maret lalu dikarenakan Virus COVID-19 telah
masuk ke Indonesia. Karena hal ini kami para pelajar melakukan pembelajaran
jarak jauh menggunakan teknologi, awalnya saya merasa bosan dan jenuh karena
selain WFH saya juga tidak boleh keluar rumah kecuali untuk belanja bahan makanan,
selama sehari 24 jam 50% saya gunakan untuk membuka media social, sisanya
membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan belajar mengenai materi
yang telah dikirim pengajar atau dosen atau guru. Memasuki bulan Ramadhan saya mendengar
bahwa solat tarawih berjamaah ditiadakan untuk mengurangi rantai penyebaran
virus COVID-19, sedih rasanya karena dibulan Ramadhan seperti ini adalah bulan
dimana kita bisa berkumpul untuk bersilaturahmi dan memperbanyak ilmu agama,
yang tadinya solat berjamaah harus solat sendiri dirumah, yang tadinya buka puasa
bersama harus buka puasa dirumah, positifnya dari social distencing ini bisa
berkumpul dengan keluarga, tapi menurut saya banyak negatifnya karena tidak
bisa berkumpul dengan tetangga maupun saudara yang jauh, yang paling
menyedihkan ialah tidak bisa mudik atau pulang kampung untuk bertemu dengan kakek,
nenek dan saudara yang sama jauhnya di kampung, pernah saya dan keluarga nekat hendak
pulang kampung melalui jalan tikus seminggu sebelum lebaran tetapi tetap saja
kena Razia polisi dan harus putar balik ke Jakarta, saya tahu kalau mudik
dilarang keras karna bisa membawa virus ke kampung dan bisa saja menularkan virus
tersebut ke keluarga yang dikampung walaupun saya dan kelurga sehat. Ketika saya
lihat TV kenapa bandara Soetta sudah dibuka? Padahal banyak orang-orang yang datang
dan tidak menggunakan protocol kesehatan yang selama ini saya tahu harus
menggunakan masker dan menjaga jarak, oke saya tidak tahu mengenai ini mungkin boleh
pulang pergi Jakarta kalau ada surat kesehatan bebas virus dan surat pulang
pergi Jakarta, entahlah saya juga tidak tahu. Ketika malam lebaran pun di
kompleks rumah tidak ada takbiran keliling yang biasanya setiap mau lebaran
pasti ada takbir keliling, sepi rasanya ketika lebaran pun tidak ada solat Ied
maka dari itu kami sekeluarga solat dirumah dan tidak ada yang namanya salam-salaman
yang tadinya wajid ada ketika lebaran meminta maaf kepada saudara maupun
tetangga, kita melakukan salam atau permintaan maaf melalui pagar rumah atau
tidak bisa menyentuh dan dengan jarak yang jauh. Meminta maaf kepada saudara
yang jauh pun kami menggunakan teknologi video call melalui gadget. Lebaran
tahun ini adalah lebaran tersedih yang pernah saya rasakan, yang biasanya
lebaran makan ketupat bersama keluarga besar harus makan dirumah masing-masing.
Saya harap ada yang menemukan vaksin untuk membasmi virus ini dan semoga virus
COVID-19 segera hilang dari muka bumi dan kami para pelajar bisa masuk kuliah
atau sekolah dan bertemu kembali dengan teman-teman, dan untuk para pekerja
bisa kembali bekerja serta lebarn bisa mudik dan bertemu dengan saudara yang jauh
di kampung. Amiiin
Inilah
cerita pendek saya tentang pembelajaran selama WFH.
Terima
kasih telah membaca 😉
Tidak ada komentar:
Posting Komentar