Kamis, 28 Mei 2020

Suka duka selama menjalankan WFH


            Hallo saya Titis, saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya selama WFH atau sering dikenal dengan Work From Home. WFH dimulai dari bulan Maret lalu dikarenakan Virus COVID-19 telah masuk ke Indonesia. Karena hal ini kami para pelajar melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi, awalnya saya merasa bosan dan jenuh karena selain WFH saya juga tidak boleh keluar rumah kecuali untuk belanja bahan makanan, selama sehari 24 jam 50% saya gunakan untuk membuka media social, sisanya membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan belajar mengenai materi yang telah dikirim pengajar atau dosen atau guru. Memasuki bulan Ramadhan saya mendengar bahwa solat tarawih berjamaah ditiadakan untuk mengurangi rantai penyebaran virus COVID-19, sedih rasanya karena dibulan Ramadhan seperti ini adalah bulan dimana kita bisa berkumpul untuk bersilaturahmi dan memperbanyak ilmu agama, yang tadinya solat berjamaah harus solat sendiri dirumah, yang tadinya buka puasa bersama harus buka puasa dirumah, positifnya dari social distencing ini bisa berkumpul dengan keluarga, tapi menurut saya banyak negatifnya karena tidak bisa berkumpul dengan tetangga maupun saudara yang jauh, yang paling menyedihkan ialah tidak bisa mudik atau pulang kampung untuk bertemu dengan kakek, nenek dan saudara yang sama jauhnya di kampung, pernah saya dan keluarga nekat hendak pulang kampung melalui jalan tikus seminggu sebelum lebaran tetapi tetap saja kena Razia polisi dan harus putar balik ke Jakarta, saya tahu kalau mudik dilarang keras karna bisa membawa virus ke kampung dan bisa saja menularkan virus tersebut ke keluarga yang dikampung walaupun saya dan kelurga sehat. Ketika saya lihat TV kenapa bandara Soetta sudah dibuka? Padahal banyak orang-orang yang datang dan tidak menggunakan protocol kesehatan yang selama ini saya tahu harus menggunakan masker dan menjaga jarak, oke saya tidak tahu mengenai ini mungkin boleh pulang pergi Jakarta kalau ada surat kesehatan bebas virus dan surat pulang pergi Jakarta, entahlah saya juga tidak tahu. Ketika malam lebaran pun di kompleks rumah tidak ada takbiran keliling yang biasanya setiap mau lebaran pasti ada takbir keliling, sepi rasanya ketika lebaran pun tidak ada solat Ied maka dari itu kami sekeluarga solat dirumah dan tidak ada yang namanya salam-salaman yang tadinya wajid ada ketika lebaran meminta maaf kepada saudara maupun tetangga, kita melakukan salam atau permintaan maaf melalui pagar rumah atau tidak bisa menyentuh dan dengan jarak yang jauh. Meminta maaf kepada saudara yang jauh pun kami menggunakan teknologi video call melalui gadget. Lebaran tahun ini adalah lebaran tersedih yang pernah saya rasakan, yang biasanya lebaran makan ketupat bersama keluarga besar harus makan dirumah masing-masing. Saya harap ada yang menemukan vaksin untuk membasmi virus ini dan semoga virus COVID-19 segera hilang dari muka bumi dan kami para pelajar bisa masuk kuliah atau sekolah dan bertemu kembali dengan teman-teman, dan untuk para pekerja bisa kembali bekerja serta lebarn bisa mudik dan bertemu dengan saudara yang jauh di kampung. Amiiin
Inilah cerita pendek saya tentang pembelajaran selama WFH.
Terima kasih telah membaca 😉

Suka duka selama menjalankan WFH

            Hallo saya Titis, saya akan menceritakan sedikit pengalaman saya selama WFH atau sering dikenal dengan Work From Home. WFH dim...